Nafsu
Nafsu Al-Musawalah, yaitu nafsu yang telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun baginya mengerjakan yang baik itu sama halnya dengan melakukan yang buruk. Ia melakukan perbuatan buruk meskipun tidak dengan terang-terangan tetapi dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi, karena sifat malu telah ada padanya. Namun malu yang muncul itu baru merupakan malu terjadap orang lain, belum atas kesadarannya sendiri.Ia malu kalau orang lain mengetahui keburukannya atau kejahatan yang dilakukannya. Kategori ini masih berada pada posisi dekat dengan keburukan, sebab Allah SWT secara jelas melarang manusia untuk mencampuradukkan yang hak dengan yang batil ( QS.2:42 ), dan bahwa Allah SWT mengetahui apa yang dirahasiakan dan apa yang dilahirkan, dan mengetahui pula apa saja yang diusahakan hamba-hambanya ( QS.6:3; 2:7 ).
Nafsu Al-Mutma'innah, yaitu nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik. Ia mendatangkan ketentraman jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang baik, mampu membentengi serangan kekejian dan kejahatan, dan mampu memukul mundur segala kendala dan godaan yang mengganggu ketentraman jiwa, bahkan ketenangan jasmaniah terutama dengan dzikir kepa Allah SWT. Ia berfungsi mendorong melakukan kebajikan dan mencegah berbuat kejahatan. Posisi nafsu ini secara jelas digambarkan Allah SWT dalam surah Ar-Ra'd ayat 28 dan 29: "(yaitu) orang-orang yan beriman dan hati mereka menjadi tenteram ( tatma'inn ) dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram" ( ayat 28 ). "Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembaki yang baik" ( ayat 29 ). Nafsu di sini telah mapan dan tidak terganggu lagi oleh gairah, sehingga dapat secara khusyuk memenuhi keyakinannya.
Nafsu Mulhamah, yaitu nafsu yang memperoleh ilham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu pengetahuan.Ia telah di hiasi akhlaq mahmudah ( akhlak yang terpuji ), dan ia merupakan sumber kesabaran, ketabahan dan keuletan. Pada tingkat ini nafsu itu telah terbuka kepada berbagai petunjuk ( ilham ) dari Allah SWT. Dengan itu pula seseorang telah memiliki sifat-sifat yang menunjukkan kepribadian yang kuat, sebagaimana yang ditegaskan Allah SWT dalam surah as-Syams ayat 7-10: " dan jiwa serta penyempurnaannya ( ciptaannya ), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu ( jalan ) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Continu.........