-

SELAMAT DAN SUKSES SAUDARA RUDY BESERTA CREW NYA ATAS REUNI ANGKATAN,90 02 OKT 2011

Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : Bja-Wijaya

Minggu, 28 November 2010

Nafsu.



NAFSU 

 Organ rohani manusia yang memiliki pengaruh paling banyak dan paling besar di antara anggota rohani lainnya yang mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan.
Nafsu secara etimologis berhubungan dengan asal usul "peniupan" dan sering secara silih berganti di pakai dalam literatur bahasa Arab dengan arti "jiwa kehidupan" atau "gairah dan hasrat duniawi", suatu istilah yang sangat banyak di gunakan dalam khazanah kaum sufi. Al-Gazali memeperlihatkan dua bentuk pengertian nafsu tersebut. Satu di antaranya adalan pengertian yang menggabungkan kekuatan amarah dan nafsu di dalam diri manusia. Sebenarnya kedua unsur tersebut mempunyai maksud yang baik, sebab mereka bertanggung jawab atas gejala-gejala jahat di dalam pribadi seseorang, dan sebaliknya bagian yang merusak dari amarah dan nafsu harus di tertibkan dan di batasi tindakannya. Adapun pengertian kedua dari nafsu ialah "kelembutan Ilahi". Dengan demikian nafsu dapat di pahami sebagai keadaan sesungguhnya dari wujud atau perkembangan pada suatu tingkatan tertentu dalam pribadi secara keseluruhan. Ia mengandung arti penjelasan hubungan yang sesungguhnya antara hati dan gairah tubuh, dan dalam keadaan tertentu dari kelembutan Ilahi.
Dalam khazanah tasawuf dikenal adanya proposisi bahwa yang paling dekat denagn seseorang itu adalah dirinya sendiri, dan menginsafi diri sendiri adalah awal dari pengenalan terhadap Allah SWT, sebagai gambaran dari kesempurnaan akhlak seseorang ( man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbah " barang siapa tahu dirinya maka sesungguhnya telah mengetahui Tuhannya " ). Pada sisi lain manusia itu sendiri terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani da rohani, yang di sebut terakhir di lengkapi dengan empat organ, satu di antaranya adalah nafsu, di samping akal, qalbu, dan roh. Nafsu adalah suatu organ yang besar pengaruhnya dalam mengmengeluarkan instruksi kepada jasmani untuk berbuat durhaka atau taqwa, kekuatan yang akan di tuntut pertanggungjawabannya atas perbuatan buruk dan baik, bekerja dan berkehendak, kekuatan yang dapat menerima ajakan naluri rendah hawa nafsu.
Dalam literur tasawuf, nafsu di kenal memiliki delapan kategori, dari kecenderungan yang paling dekat pada tindakan buruk sampe ketingkat kedekatan kepada kelembutan Ilahi.

An- nafsu al-ammarat bi as-su, yaitu kekuatan pendorong naluri sejalan dengan nafsu yang cenderung kepada keburukan. Hal ini di tegaskan surah Yusuf ayat 53 ("Dan aku [Nabi Yusuf] tidak melepaskan diri dari tanggung jawab [atas kesalahan] karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh [cenderung] kepada keburukan"). Nafsu pada kategori ini belum mampu membedakan yang baik dan yang buruk, belum memperoleh tuntunan tentang manfaat dan mafsadat ( kerusakan ), semua yang bertentangan dengan keinginannya dianggap musuh, sebaliknya setiap yang sejalandengan kemauannya adalah karibnya. Dalam tindakan nyata dapat terlihat selalu khianat, enggan menerima nasihat dan saran, dan sebaliknya gembira menerima bisikan iblis dan setan yang menunjukkan jalan buruk dan terkutuk. Terhadap nafsu dalam kategori ini, Allah SWT memperingatkan agar tidak diikuti, sebab ia akan menyesatkan, dan setiap yang sesat akan mendapatkan azab yang berat ( QS. 38:26 ), bahkan mengikuti nafsu ini di gambarkan akan mengakibatkan hancurnya langit dan bumi dengan segala isinya ( QS.23:71 )
Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang telah mempunyai rasa insyaf dan menyesal sesudah melakukan suatu pelanggaran. Ia tidak berani melakukan pelanggaran secara terang-terangan dan tidak pula mencari secara gelap untuk melakukan sesuatu karena ia telah menyadari akibat-akibat dari perbuatannya. Namun dia belum mampu mengekang nafsu yang membawa kepada perbuatan buruk itu. Oleh karena itu, ia masih selalu dekat kepada pekerjaan yang mufsadat. Kategori nafsu ini denagn segala sifat-sifatnya oleh para sufi didasarkan pada empat firman Allah SWT, masing-masing : surah Al-Qiyamah ayat 1-2: "Aku ( Allah ) bersumpah dengan dengan hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali ( dirinya sendiri ": demikian juga pada ayat 14-15: "Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya." Pada tingkat ini seseorang, jika telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan yang buruk, menjadi insyaf dan menyesal, dan seterusnya mengharap agar kejahatannya tidak terulang lagi dan semoga dia memperoleh ampunan. Pada dirinya telah tumbuh bibit pikiran dan kesadaran, bahkan disebut bahwa nafsu inilah yang akan menghadapi perhitungan kelak pada hari kiamat.
Continu..........
Share free counters